Hari masih pagi, matahari belum terbit sempurna. Sebelum pukul 06.00 WIB, anak-anak dan para orangtua telah bersemangat menuju halaman rumah Bu Endang di Desa Lembengan, Kecamatan Ledokombo, Jember. Pagi itu, mereka bersiap mengikuti kegiatan Imaji Creative Event (ICE).
Kegiatan yang dilaksanakan pada Minggu, 8 November 2020 tersebut merupakan serangkaian program Imaji Academy yang digagas Imaji Sociopreneur, salah satu lembaga kemasyarakatan yang dibentuk anak-anak muda. Khusus di Desa Lembengan dan Slateng, mereka berfokus dalam upaya mencegah keterlibatan anak-anak di industri tembakau melalui program pendidikan minat dan bakat. Dua desa tersebut memang termasuk sentra komoditas tembakau di Kabupaten Jember.
Kegiatan pagi itu dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, senam pagi, kemudian unjuk kreativitas anak-anak berupa drama dan paduan suara, lalu dilanjut dengan pembuatan prakarya berupa pot tanaman dari sampah plastik, ecobrick, dan keranjang sampah. Terdapat pula kegiatan penukaran makanan dengan sampah plastik yang sebelumnya dikumpulkan anak-anak.
“Kegiatan (ICE) kali ini mengusung semangat menjaga lingkungan, khususnya untuk mengajarkankan kepada anak-anak bagaimana memilah dan mengelola sampah itu,” tutur Sonia Nurdiansa, Kepala Program Imaji Academy.
Soni, sapaan akrabnya, lebih lanjut mengatakan selain hendak menanamkan kepedulian terhadap lingkungan, kegiatan ICE juga dimaksudkan untuk menunjukkan kepada para orangtua hasil belajar anak-anak mereka di Imaji Academy selama ini.
“Collaborative parenting adalah konsep yang kami usung. Jadi, sebisa mungkin melibatkan orangtua dalam pendidikan minat dan bakat, termasuk dalam kegiatan kali ini.”
Dengan begitu, menurutnya, pengembangan minat dan bakat akan berlangsung efektif. Orangtua juga dapat menilai apa sebetulnya minat dan bakat anak-anak mereka, kemudian ikut mendampingi dan mengembangkan.
Senada dengan Sonia, Direktur Imaji Sociopreneur, Moch. Mustaanul Husni mengatakan bahwa menanamkan peduli lingkungan sejak dini merupakan agenda penting, khususnya untuk tujuan jangka panjang.
“Semacam investasi ilmu. Sedari anak-anak mulai ditanamkan kepedulian terhadap lingkungan. Sehingga kelak, muncul generasi-generasi yang dapat membangun desa ramah lingkungan,” katanya.
Selain itu, ia juga berharap kegiatan-kegiatan seperti ICE dapat sering dilakukan khususnya di masa pandemi seperti saat ini. Ia merasa khawatir sebab selama pandemi anak-anak diharuskan belajar dari rumah sehingga memiliki banyak waktu luang.
“Ketika anak-anak belajar dari rumah, mereka cenderung memiliki banyak waktu luang sehingga ada potensi untuk terjun ke lingkungan industri tembakau. Waktu luang itu akan lebih baik apabila diisi dengan kegiatan positif, seperti pengembangan minat dan bakat,” tambahnya.
Acara Minggu pagi tersebut berlangsung cukup meriah. Meskipun sedikit malu-malu, anak-anak yang tergabung dalam grup paduan suara dan drama tampil penuh semangat. Mereka menyanyikan lagu-lagu nasional, lagu daerah Madura, dan memainkan lakon yang diadaptasi dari cerita rakyat Malin Kundang.
Begitu pula saat pembuatan prakarya. Anak-anak sangat antusias untuk menghias taman edukasi, membuat majalah dinding, membuat pot, dan keranjang sampah.
Dua hari sebelumnya, bertempat di Pondok Kopi, Slateng, sekitar 15 km dari Kecamatan Ledokombo, kegiatan serupa juga dilaksanakan. Di sana, bersama para santri dan kawan belajar, diadakan kegiatan bersih-bersih area pondok sekaligus sosialisasi pengelolaan sampah menggunakan black maggot, kolase dari sampah kemasan, dan pembuatan pot dari botol-botol bekas. (*)