Bagikan

Part 1 Coretan Rumah Tua


Doni adalah seorang pemuda desa yang banyak tingkahnya. Doni tumbuh besar seperti pemuda desa pada umumnya. Namun, dengan sedikit tingkah lakunya yang ‘nyeleneh membuat dia terkenal hingga sudut daerahnya.

Salah satu aksi Doni yang sempat menggemparkan masyarakat setempat adalah saat dia mencoret-coret rumah yang entah siapa pemiliknya.

Rumah itu kosong puluhan tahun, bahkan sebelum Doni lahir. Ia merasa risih saat melihat rumah kosong nan kumuh itu seakan-akan penuh akan makhluk astral (angker). Saat awal melihat rumah itu Doni menghampirinya dan menemukan papan kayu yang tinggal separo dan penuh akan rayap.

Doni pun menggambil kayu itu dan dibaca tulisan yang ada. Dalam kayu itu tertulis kata yang tak lagi utuh ‘D   ual ru ah ub   313 45 4   9’. Hati kecil Doni pun berkata, “Apakah rumah ini tak laku dijual karena bekas kasus pembunuhan ataukah rumah ini memang angker?”

Berselang beberapa hari Doni pun kembali ke rumah itu dan dibawanya berbagai macam peralatan. Tak ada yang menyangka akan ulah Doni. Hanya butuh waktu kurang dari satu bulan rumah itu pun menjadi ramai.

Diubahnya rumah yang angker itu menjadi spot foto yang instagramabel. Usut punya usut setiap hari ia habiskan waktunya untuk mengubah rumah itu, mulai mendekor ulang hingga menggambar sudut demi sudut ruangan yang ada. Tak lupa ia tuliskan identitasnya di pojok tembok depan rumah persis dipojok bawah yang tertuliskan huruf “D”.  

            Yuli, kakak kandung Doni yang selalu cerewet ketika mendapat aduan tetangga dari aksi tingkah laku adiknya tersebut. Kali ini Doni kepergok Lek Di sahabat akrab bapak Doni sedang membakar jagung hasil curian malam itu.

Malam itu Doni beserta teman-temannya; Joko, Bayu, dan Diki yang sedang asyik bermain kartu hingga larut malam. Tiba-tiba Diki melontarkan kata, “Aku lapar, nih.

“Aku juga,” sahut Joko sembari mengeluarkan kartunya. “Aku punya ide” ujar Doni yang duduk di samping Joko. Lantas dengan sigap Diki menanggapi perkataan Doni “Apa, Don?”

“Ayo ikut aku, malam ini kita bakaran jagung”. “Emangnya kamu punya jagung, Don?” tanya Joko kepada Doni. “Pokoknya ikut aku, deh,” jawab Doni.

Dengan serantak teman-teman Doni menjawab “Ayo!” Setelah menyelesaikan permain kartu Doni mengajak teman-temannya menuju kebun. “Nah ini banyak jagung, ambil secukupnya untuk kita bakar malam ini,” ujar Doni. “Eh, bukannya ini kebun milik Wak Siti, Don?” jawab Bayu. “Iya emang, tapi seluruh isi dari bumi ciptaan Tuhan. Berarti ini adalah milik Tuhan,” jawab Doni sembari mangajak teman-temannya mengabil jagung milik Wak Siti. “Sikat saja,” sahut Diki yang juga sudah kelaparan.

            Selang beberapa waktu setelah Doni dan teman-temannya asyik membakar jagung, datang Lek Di yang penasaran karena tak jauh dari belakang rumahnya terdengar rame-rame suara anak muka.

“Sedang apa kalian di sini?” tanya Lek Di. “Eee..., anu lek kami s—sedang” sebelum Doni menyelesaikan omongannya Lek Di langsung menyauti omongan Doni “Nah, ketangkap basah kalian mencuri jagung milik Wak Siti, cepat kalian pulang, sudah tengah malam ini. Apa orang tua kalian tidak mencari kalian?” tanya Le Di.

“Kalau emang orang tuaku peduli terhadap anaknya ya seharusnya sudah dicari, Lek” jawab Doni. “Ya dicari, Lek, tapi jangan bilang-bilang orang tua kami ya, Lek,” jawab Bayu. “Sudah tertangkap basah masih saja minta ampunan, dan itu si Doni masih saja membantah. Cepat pulang!” 

“Iya, Lek” jawab semuanya serentak. (*)

 

Atribusi penulis: Sonia Nurdiansa, Kepala Sekolah Imaji Academy.