Bagikan

Hari ini, edukasi membuang sampah pada tempatnya tidaklah cukup. Volume sampah yang kian meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk membuat sampah mesti dipilah dan dikelola sejak dari hulu, yakni masyarakat. Kesadaran inilah yang mendorong ibu-ibu kelompok PKK RT 03/ RW 14 Dusun Karang Templek, Desa Andongsari, Kec. Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mendirikan Bank Sampah Mawar Putih pada 16 Maret 2021.

Berjalan nyaris setahun, kini, Bank Sampah Mawar Putih yang beroperasi rutin tiap Sabtu ini telah memiliki 80 nasabah. Selain menerima penyetoran sampah, Bank Sampah Mawar Putih juga melakukan aktivitas pencatatan, penimbangan, pemilahan, dan penyetoran sampah. Seperti saat ditemui pada Kamis, 13 Januari 2022 lalu, mereka tengah melakukan penimbangan dan pencatatan dari setoran sampah sejumlah nasabah.

Siti Aminah, bendahara Bank Sampah Mawar Putih mengatakan, ia dan kelompoknya tergugah mendirikan bank sampah setelah menyadari minimnya kesadaran masyarakat di desanya untuk memilah dan mengolah sampah rumah tangga.

“Selama ini, masyarakat hanya mengumpulkan sampah yang nilainya besar seperti kardus, namun sampah yang diproduksi setiap hari seperti plastik itu justru dibuang atau dibakar,” ujarnya.

Padahal, sampah rumah tangga yang diproduksi setiap hari inilah yang menimbulkan masalah. Merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dari total 41,38 juta ton sampah di Indonesia sepanjang 2021, 45,9 persennya merupakan sampah rumah tangga. Dari total jumlah itu, 26,96 juta ton ditengarai tidak terkelola dengan baik.

Bermula dari Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

Siti Aminah menceritakan, sebelum menjadi bank sampah, ‘mawar putih’ merupakan nama kelompok PKK di dusunnya.

“Lalu, saya ketemu ketua bank sampah ambulu di suatu acara yang menceritakan bagaimana upaya beliau mendirikan bank sampah. Dari situ kemudian saya tergugah juga,” jelasnya.

“Jadi, daripada PKK hanya sekadar kumpul makan lalu pulang, kami berinisiatif mendirikan bank sampah,” tambahnya.

Di sisi lain, selain mengandung semangat menjaga lingkungan, konsep kenasabahan yang ditawarkan Bank Sampah Mawar Putih menjadi daya tarik tersendiri. Setiap sampah yang disetorkan nasabah akan dikonversikan menjadi tabungan dan dapat ditukar dengan parcel, sembako, maupun uang tunai. Dengan demikian, stigma sampah sebagai barang tak bernilai pun perlahan bergeser menjadi alternative income bagi masyarakat.

“Pada dasarnya, kita memang tidak bisa mencegah sampah terproduksi tapi kita bisa mengubah sampah itu jadi lebih bermanfaat dan menambah pemasukan ekonomi keluarga,” terangnya.

Ia pun berharap semakin banyak masyarakat di sekitar lingkungannya yang turut terlibat dalam aktivitas pemilahan dan pengolahan sampah.

“Ke depan, kami berharap semua warga Desa Andongsari sadar bahwa sampah yang mereka produksi setiap hari itu banyak dan untuk itu, harus dikelola bersama-sama.”

Kerja Sama

Sejak pertengahan 2021 lalu, Bank Sampah Mawar Putih turut berkolaborasi dengan Imaji Sociopreneur, lembaga pendampingan dan pengembangan masyarakat dalam pogram Imaji Lingkungan (I-LINK). Didorong kesamaan visi dan semangat, kerja sama ini bertujuan untuk melibatkan lebih banyak masyarakat dalam aktivitas pemilahan dan pengolahan sampah.

Rohman Abadi, direktur program Imaji Sociopreneur mengatakan, pihaknya memang berupaya melibatkan masyarakat sebagai subjek aktif dalam tiap aktivitas pendampingan. Selain dengan Bank sampah Mawar Putih, program Imaji Lingkungan turut bekerja sama dengan Bank Sampah Sumber Rejeki, Barokah Jaya Waste Lab, dan TPST Harapan Baru. Terdapat total 23 pegiat lingkungan yang terlibat dalam aktivitas pemilahan dan pengolahan sampah di Imaji Lingkungan.

“Akhirnya, subjek perubahan itu, ya, masyarakat sendiri, kami hadir sebagai fasilitator dan mendampingi sampai mandiri,” ujar pria yang telah bergelut dalam aktivitas pemilahan dan pengolahan sampah sejak 2019 itu. Lebih lanjut, ia pun mengapresiasi inisiatif kelompok PKK Dusun Karang Templek mendirikan bank sampah. Menurutnya, hal ini juga dapat menjadi ruang pemberdayaan perempuan di desa.

“Apa yang dilakukan ibu-ibu Bank Sampah Mawar Putih itu, selain berorientasi menjaga lingkungan, juga mencerminkan semangat pemberdayaan perempuan di desa,” ujarnya.

Senada dengan Siti Aminah, ia pun mengamini proses pemilahan sampah dari hulu, yakni masyarakat, menjadi kunci utama dalam mengatasi permasalahan sampah.

“Sampah kalau cuma dibuang begitu saja barangkali memang tidak ada nilainya, tapi ini akan berbeda jika sudah dipilah, bisa jadi alternative income sekaligus berkontribusi dalam pelestarian lingkungan,” terangnya.

Kerja sama ini pun membuahkan hasil positif. Sampai akhir tahun 2021, Bank Sampah Mawar Putih telah menyerap dan mengolah sampah sebanyak 234 kilogram meliputi sampah berjenis kertas, plastik, dan besi. (*)

https://imajisociopreneur.id/storage//storage/images/summernote-image/1642490633.jfif