Pemateri : Nurul Hidayat S.sos, MUP
Masa Anak-anak adalah masa bermain dan belajar, anak sebagai salah satu bagian dari entitas sosial di dalam masyarakat saat ini tengah dihadapkan dalam beberapa masalah diantaranya tentang krisis jati diri, paradox Pendidikan dan peran keluarga sebagai bagian utama dalam membentuk karakter dari anak. Krisis jati diri yang dialami oleh anak-anak saat ini tidak dapat dipungkiri dikarenakan masuknya Tekhnologi Global tanpa di iringi oleh Wawasan Global, Sosial Media dan Game Online menjadi tantangan kedepan untuk kita atasi bersama agar anak memiliki filter secara mandiri dalam menerima setiap informasi dan Trend yang sedang terjadi di Media Sosial.
Dampak dari krisis jati diri yang dialami oleh anak dan remaja saat ini di tambah dengan akses mereka di dunia maya yang notabene tidak memiliki sekat antara satu orang dengan yang lainnya dan tidak membedakan usia, suku dan golongan justru mengakibatkan generasi muda kita saat ini berada di ujung tanduk hilangnya identitas mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia, maraknya budaya asing yang menjadi Trending di kalangan anak muda saat ini juga memberikan dampak terhadap menurunnya kebanggaan anak-anak terhadap bangsa nya secara umum dan terhadap diri mereka sendiri secara khusus, sudah jamak kita temui banyak sekali anak-anak kita yang saat ini mulai mengikuti gaya berpakaian, berbicara hingga gaya bersosial yang tidak mencerminkan budaya asli Indonesia. Dampak dari krisis identitas ini lah yang akhirnya memancing maraknya aksi kekerasan dan pelecehan seksual terutama di dunia maya melalui komentar dan Flirting yang dilakukan oleh para Netizen dan diperparah lagi hal ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri dikarenakan banyaknya orang yang berkomentar dan memberikan like pada Posting-an mereka. Miskin nya inspirasi dan ketauladanan yang dimiliki oleh anak-anak saat ini merupakan bagian dari tanggungjawab kita bersama dikarenakan akar sosial dan budaya haruslah dibentuk oleh lingkungan secara luas sehingga anak mampu memiliki wahana dalam aktualisasi diri yang baik serta inspirasi yang luas dan mampu meningkatkan minat belajar dan berkarya pada diri anak.
Paradox Pendidikan saat ini yang masih dipahami masyarakat adalah Pendidikan sama dengan sekolah hal ini lah yang cenderung membuat kita seakan-akan membatasi nilai Pendidikan pada diri anak padahal kita semua mengerti bahwasanya setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah maka seharusnya baik anak maupun orang tua sama-sama saling bekerjasama dalam membentuk tatanan Pendidikan yang sesuai dengan apa yang di inginkan oleh keluarga mereka, selain itu Stereotype tentang tempat belajar yang baik adalah sekolah mahal dan terkenal justru menjauhkan nilai-nilai Pendidikan yang seharusnya ada di dalam sekolah dan menjadikannya masuk kedalam ranah industri Pendidikan hal ini lah yang nantinya akan semakin membuat orang miskin tidak akan mendapatkan fasilitas Pendidikan yang layak sehingga Pendidikan tidak mampu menjadi Tool of Social Enginering alat yang mampu membentuk dan merubah pola sosial masyarakat. Selain itu Pendidikan saat ini juga sangat erat kaitannya dengan kebutuhan Formalitas saja semata-mata agar mendapatkan gelar dan Ijasah agar mudah mendapatkan pekerjaan hal ini justru kita sedang merendahkan martabat dari Pendidikan atau Ilmu itu sendiri dikarenakan sejatinya Ilmu sebagai Pedoman Hidup justru hanya dianggap sebagai bagian dari selembar penilaian di atas kertas.
Pendidikan karakter adalah kunci di dalam membentuk masa depan bangsa karena mendidik seseorang hanya dalam pikirannya saja bukan dari moral/karakter nya maka kita sedang mendidik orang yang berbahaya bagi masyarakat“…to educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to Society…” -Theodore Roosevelt- , tak jarang kita temui banyak kasus orang-orang dengan Pendidikan tinggi dan ilmu pengetahuan yang luas justru menggunakan kemampuannya justru merugikan masyarakat mulai dari Korupsi, Penelitian dan Penemuan yang membahayakan dan lain sebagainya hal ini lah yang disebut sebagai mendidik seseorang hanya dari pikirannya saja bukan dari moral dan karakternya.
Sehingga belajar dari hal tersebut fungsi dari kelompok sosial masyarakat yang bergerak di bidang Pendidikan menjadi bagian penting yang harus dijalankan dikarenakan mendidik adalah tugas Bersama yang memiliki orientasi berbasis kebutuhan belajar bukan sekedar syarat administratif semata, menekankan nilai dan dampak dari pembelajaran bukan hanya sekedar formalitas birokrasi, menanamkan nilai-nilai kebaikan dan keluhuran bukan hanya sekedar angka dan oleh karenanyalah perlu dibentuk sebuah metode belajar yang bersifat inklusif dan partisipatif kepada anak dengan lebih banyak menjadikan mereka bagian dari Subjek yang harus lebih banyak didengarkan dan dikembangkan apa minat bakat mereka bukan sekedar menjadikan mereka sebagai Objek dengan memberikan kurikulum yang justru cenderung mengekang kreatifitas anak dan membuat mereka semakin tidak menyukai dunia belajar.
Penanaman nilai kerelawanan juga menjadi hal yang sangat penting dikarenakan nilai ini lah yang akan membuat setiap kegiatan dan program yang dijalankan selalu memiliki bahan bakar semangat yang tak akan pernah habis, beberapa poin penting yang harus ada di dalam diri relawan adalah kemampuan dan kemauan untuk rela berkorban dan rasa saling percaya dalam membangun sebuah tim atau pun kelompok, rasa rela berkorban akan membentuk karakter relawan yang memiliki orientasi utama pada nilai bukan harga sedangkan kepercayaan akan membentuk karakter relawan yang kompak dan solid sehingga mampu bertahan dan mengatasi masalah sebesar apapun yang akan dialamai di masa yang akan datang dikarenakan yang paling mahal dari sebuah proses adalah nilai dan ilmu yang ada dibalik perjuangan tersebut.
Re-Writer : Moch. Musta’Anul Khusni
Editor : Moch. Musta’Anul Khusni